Thursday, January 18, 2007

Pangkuan terakhir

Waktu aku kecil ku pernah lihat teman saya memangku jenazah bapaknya waktu dimandikan, waktu itu aku berpikir, “Kalo ku jadi dia pasti ku gak akan kuat melakukannya, memangku dia yang kita cintai seumur hidup, tergeletak tak bernyawa”, hanya kesedihan dalam benak sembari berharap ku tak harus melewati hal sepilu itu suatu saat.
Tahun demi tahun berlalu dan atas kehendakNyalah bapak kami harus mendahului kami meninggalkan dunia fana ini, saat itu sebagai seorang putra adalah sebuah kewajiban terakhir
untuk berbakti pada orang tua dengan memangku jenazah bapaknya saat disucikan/dimandikan.
Jam 4 pagi, ku teguhkan hati ini untuk melaksanakan sembah bakti terakhirku pada Bapak yang telah memangkuku dari bayi, “Ya Tuhanku, betapa berat peran ini, terlalu berat buat lengan-lengan kecil ini, tetapi kalo ini jalanku kukan lakukan sampai tuntas”. Saat itu ku bahkan tak menangis sama sekali perasaanku dingin, sedingin air yang ikut membasahi kaki kakiku, bajuku ikut tersiram air wangi bunga, diiringi dengan semakin dingin dan kaku tubuh renta yang terbujur begitu damai.
Tubuh manusia sekekar apapun akan seketika itu lunglai jika harus memangku dia yang dikasihi terbujur lemas tak bernyawa dan siapapun itu pastilah dia memiliki hati yang kuat, hati yang cukup kuat untuk mengarungi sisa hidup ini.
Bertahun tahun ku bertanya "Kenapa Tuhan membiarkan aku melewati hal seberat itu?", tetapi belakangan aku mengerti kenapa kadang manusia harus memangku penderitaan yang begitu berat, jawab DIA, "Aku juga seperti kamu!".

1 Comments:

At 11:51 AM, Blogger uRbAn_wArRioR said...

O.o"

aku x sedia seperti kamu....
takut sebelum tertumpah air bunga.. tertumpah dahulu air mataku...

 

Post a Comment

<< Home